![]() Loading Application... |
MENYALAKAN ISLAM BERKEMAJUAN
Ditulis oleh Administrator, pada 29 Agustus 2015 13:24 WIB
Tweet |
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri kalian memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengeahui apa yang kamu kerjakan [Al-Hasyr (59); 18]
Hidup berorientasi ke hari depan merupakan salah satu ciri dan budaya masyarakat maju. Pada siklus kehidupan primitif, orientasi hidupnya adalah hanya eraas pada hari ini saja. Apa yang didapat saat ini dihabiskan saat ini itu juga. Siklus kehidupan ini kemudian meningkat, pada fase kebudayaan selanjutnya masyarakat manusia mulai mengenal konsep besok pagi. Masyaraka itu tataran itu tidak senantiasa menghabisksn yang didapat saat ini. Sudah mulai berpikir untuk menyimpan yang didapa pada hari ini unuk keperluan besok pagi.
Puncaknya adalah budaya modern. Budaya masyarakat manusia sekarang ini. Orientasi hidupnya mulai kepada masa depan yang agak jauh. Untuk itu dikenal investasi, apa yang didapat tidak hanya disimpan tapi juga dikembangkan untuk kehidupannya dan untuk kehidupan anak-anaknya. Orientasi pada masa depan yang agak jauh inilah yang membuat kemajuan suatu masyarakat.
Menurut para ahli, ciri lain yang terpenting masyarakat maju adalah; rasionalitas, menghargai ilmu pengetahuan, menghargai waktu (tepat waktu), berdisiplin sosial, beretos kerja tinggi, serta tidak pasif.
Semua ciri terpenting masyarakat maju itu sebenarya sudah ada dalam ajaran agama Islam. Di dalam Al-Qur’an sangat banyak bertebaran ayat yang mengandung kata-kata, berpikir, berakal, mau berpikir, mempunyai akal dan yang sejnisnya. Di dalam Al-Qur’an anyak pula surat-surat yang dimulai dengan sumpah Allah dengan menyebut penanda waktu. Demikian pula dengan ayat-ayat yang terkait dengan disiplin, etos kerja, serta perintah untuk senantiasa aktif berbuat dan berinisiatif dalam semua hal yang baik.
Pada masa awal perkembangan agama Islam, semua ciri utama masyaraka maju itu benar-benar menyatu dengan budaya masyarakat Islam. Pada masa itu semua orang Islam dikenal sebagai manusia-manusia yang selalu menepati waktu, menepati janji, rasional, suka belajar, berdisiplin, dan pekerja keras, orentasi masa depan mereka juga sangat kuat. Mereka tidak ragu mengorbankan apapun untuk diinvestasikan bagi masa depan.
Oleh karena itu, pada masa awal Islam berkembang dengan sangat dahsyat. Dalam waku kurang dari satu abad, Bangsa Arab yang semula tidak dikenal di kancah peradaban dunia, berkat Islam, berubah menjadi pemimpin peradaban dunia.
Peradaban Romawi dan Persia yang ratusan tahun menghegemoni dunia berhasil ditundukkan oleh Islam. Tunduknya Romawi dan Persia oleh Islam ini tidak hanya secara militer tetapi juga di dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada masa kejayaan Islam inilah semua tekonologi modern yang saat ini berkembang ditemukan dasar-dasarnya.
Kehebatan Islam pada masa itu terletak pada komitmen mayoritas umat Islam untuk membudayakan semua ajaran Islam yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Yang ternyata di dalam ajaran itu terdapat semua prasyarat kemajuan sebuah peradaban.
Menurut ketua PP Muhammadiyah, Dr H Haedar Nashir, kunci kemajuan peradaban Islam setidaknya dapat dilihat dari ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Perintah Iqra’ dapat dikatakan telah mengubah semua dasar budaya. Dari sinilah pencerahan ruhaniah berawal.
Dari analisa sosial dan sejarahnya Nubuwah Muhammad SAW memang berbeda dengan Nubuwah Musa. Nubuwah Musa (yang kemudian menjadi dasar agama Yahudi) terkesan keras dan kaku. Ini dapat dimaklumi karena saat itu Musa harus melawan Fir’aun yang sangat keras pula. Di samping itu karakter Bani Israel yang dipimpin Musa dikenal sebagai bangsa yang mudah berkhianat, pembangkang, dan suka berkilah dengan mempermainkan kata.
Nubuwah Muhammad juga berbeda dengan Nubuwah Isa (dasar agama Nashrani) yang lebih menekankan pada rasa kasih sayang. Saat kehidupan Isa, Bani Israel yang dibina Isa tertkenal suka berpecah belah dan terkenal keras hati, maka dasar ajaran Isa adalah ajaran kasih sayang untuk memperlembut hati mereka yang terlalu mengeras. Ajaran Nasharni ini dapat dikatakan mengimbangi ajaran Yahudi setelah ditinggal Musa. Ajaran Yahudi yang sangat keras yang hanya dipenuhi larangan, ancaman, dan hukuman.
Nubuwah Muhammad adalah nubuwah pencerahan. Membimbing manusia untuk membaca yang berarti menghidupkan kembali peranan akal sehat. Saat Nabi Muhammad bangsa Arab disebut hidup di dalam alam jahiliyah. Alam yang penuh kebodohan. Kebodohan di sini bukan karena mereka tidak bisa membaca dan berhitung. Namun, disebut jahiliyah atau bodoh karena mereka hidup dalam budaya pagan.
Hidup dengan menyembah dan mengantungkan hidupnya pada kekuatan berhala. Padahal semua berhala yang mereka sembah itu adalah ciptaan mereka sendiri. Itulah yang disebut sebagai bentuk kejahiliyahan. Bentuk budaya yang menghamba pada kebodohan. Budaya yang membunuh rasio. Budaya yang mematikan akal sehat.
Di dalam Qur’an bentuk kebodohan mereka itu ditohok dengan dialog Nabi Ibrahim dan kaumnya. Nabi Ibrahim menghancurkan semua berhala-berhala kecil dan meletakkan kampak penghancurnya di tangan berhala paling besar. Ketika kaumnya bertanya siapa yang yang menghancurkan berhala, Ibrahim menjawab, pelakunya adalah berhala terbesar. Saat kaumnya membantah itu tidak mungkin karena berhala itu tidak bisa berbuat apa-apa, Ibrahim memblik pernyataan itu mengapa kita harus menyembah berhala yang tidak bisa berbuat apa-apa itu?
Dakwah Muhammad untuk menghidupkan kesadaran akal sehat ini ditentang oleh para penguasa Arab. Sebab kalau akal sehat masyarakat kembali hidup, kekuasaan para Bangsawan bakal menjadi goyah. Selama itu kaum bangsawan memang berkuasa dan mendapat kuasa karena memanfaatkan dan menunggangi budaya jahiliyah masyarakat.
Ironisnya, semua budaya berkemajuan itu lambat laun menghilang dari budaya masyarakat. Menurut Budayawan Jawa Cahya Buwana, ketika kekuasan Islam sudah mulai menjangkau Eropa dan seluruh pelosok Asia dan Afrika, Budaya Islam bersentuhan dengan budaya mereka. Saat bangsa Eropa belajar tentang budaya yang memajukan sebagian penguasa Islam malah belajar budaya-budaya “kemunduran” dari bangsa-bangsa lain itu. Yaitu budaya mempelajari cara melanggengkan kekusaan dengan menumpulkan daya kritis masyarakat. Para pengusa itu kemudian mempraktikkan semua ajaran itu di masyarakat.
Islam yang telah kehilangan daya kritis dan semangat berkemajuan ini kemudian terus berkembang di seluruh dunia. Oleh karena itu ketika Muhammadiyah hendak mengembalikan spirit Islam berkemajuan seperti pada masa awal, Muhammadiyah juga mendapat tantangan dari para elite agama Islam sendiri.
Dalam pegantar buku Islam Murni (2002) Kuntowijoyo mengatakan kalau sifat dakwah Muhammadiyah dapat dikatakan merusak tatanan kemapanan yang sudah ada. Tabligh gaya Muhammadiyah yang mewartakan Islam ke masyarakat jelas merongrong wibawa para alim. Saat itu ada istilah “Timba itu mencari sumur”.
Orang yang berguru harus mendatangi orang alim (guru) untuk memohon ajarannya. Orang alim saat itu juga tidak gampang menerima murid, harus diseleksi dengan berbagai syarat. Tapi, tabligh Muhammadiyah membuyarkan tradisi bodoh itu. Tabligh gaya Muhamadiyah seakan mengobral ilmu dengan cuma-cuma. Semua orang berhak mendapatkan imu agama dengan mudah tanpa syarat yang rumit.
Demikian pula halnya dengan ide pemberdayaan zakat. Zakat yang saat itu hanya diserahkan umat kepada Rama Kyai, dan ditasharufkan sekehendak dan sesuai kebijakan Rama Kyai. Oleh Muhammadiyah mulai diubah. Dikelola oleh panitia yang kredibel dan ditasharufkan secara transparan. Tentu saja ini merusak keseimbangan. Merusak hegemoni rama Kyai pada pengelolaan sumber dana umat. Belum lagi pendirian rumah sakit yang menepikan parktek-praktek pengobatan berbasis do’a dan jampi-jampi yang saat itu marak diakukan oleh para rama kyai.
Semangat untuk kembali menghidupkan prasyarat budaya maju inilah yang sejak zaman awal yang selalu digelorakan oleh Muhammadiyah. Oleh karena itu, saat ini seharusnya Muhammadiyah selalu menjaga nyala api pencerahan itu. Seluruh AUM seharusnya menjadi pusat-pusat keungulan masyarakat setempat. Setiap kehadiran Universitas, Sekolah, Rumah Sakit dan amal usaha Muhammadiyah yang lain seharusnya membawa perubahan yang mencerahkan pada masyarakat di sekitarnya.
Sumber : Suara Muhammadiyah Edisi Agustus 2015
Komentar Anda
Kepala Sekolah
Harimawan, S.Pd.T. Kepala Sekolah |
AGENDA
GALERI
Web Statistik
Hari ini | : 159 Pengunjung |
Bulan ini | : 1202 Pengunjung |
Tahun ini | : 41739 Pengunjung |
Total | : 462374 Pengunjung |
Jl. Parangtritis Km 12, Manding, Trirenggo, Bantul
Telp. (0274) 367954
Fax. (0274) 367954
© 2023 SMK Muhammadiyah 1 Bantul